Selasa, 28 April 2015

PINTU REVOLUSI MENTAL

TAHUN 1980-an perdana menteri singapura Lee Kuan Yew membuat pernyataan cukup heboh. Menurutnya, bangsa asia sebenarnya kurang membutuhkan demokrasi tapi lebih memerlukan disiplin. Menuai pro dan kontra tentu saja. Kebanyakan yang kontra menganggap Lee member nilai rendah pada demokrasi. Benarkan demikian ..???
            Seiring dengan perkembangan masa, seikat dengan keberhasilan singapura menjadi bangsa yang diperhitungkan dunia, kini banyak pemimpin nasional, terutama dibanyak Negara sedang berkembang, mulai kembali meramu pentingnya formula pembangunan aspek mentalitas berbangsa. Demokrasi sangat penting tapi harus dipersyarati dasar-dasar mentalitas yang kuat, teruma disiplin. Disiplin adalah pilar besar dari terwujudnya mentalitas berbangsa dan menjadi akar dari ketertiban social yang mengondisikan keberhasilan proses pembangunan. Termasuk kedewasaan dan keterbukaan dalam kehidupan berdemokrasi.
            Membanngun mentalitas selalu menjadi prioritas namun tiap bangsa didunia akan menghadapi berupa pilihan sulit pintu-pintu masuk. Pintu itu bukan sekedar lubang dimana kita bias leluasa memasuki atau sekedar melewatinya. Pintu itu berupa kondisi riil bangsa terkait persoalan mentalitas kolektif.
            Bangsa Indonesia memiliki sisi pesimistik terkait persoalan mentalitas kolektifnya. Setidaknya ini dapaat di pahami berdasarkan hasil riset dan pengamatan mendalam koentjaraningrat (2000) bahwa dari sisi mentalitas manusia Indonesia masih banyak memiliki sifat kurang menguntukan untuk kepentingan pembangunan. Sifat kelemahan pembangunan tersebut bersumber pada kehidupan penuh keragu-raguan dan kehidupan tampa pedoman serta tampa orentasi tegas. Itu meliputi sifat mentalitas yang : meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri, tidak disiplin, dan mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Untuk menghilangkan cirri-ciri mentalitas yang kurang menguntungkan, setidak-tidaknya bangsa kita perlu melakukan proses pembelajaran yang sistematik yang mengondisikan terbentuknya mentalitas manusia Indonesia dalam 7 dimensi mentalitas.
a)      Harus ada pintu keluar untuk membuang mental meremehkan mutu kemudian membuka pintu masuk bagi perilaku kolektif apresiasi terhadap pentingnya mutu dan kualitas.
b)      Mentalitas inferior bangsa yang disadari langsung atau tidak sebenarnya merupakan letupan dari rasa kurang percaya diriyang tertimbun dalam proses panjang bermasyarakat  dan berbangsa. Sikap generasi muda yang tergila-gila pada produk asing harus dikikis dengan cinta produk dalam negeri. Informamsi cerita sukses yang telah ditorehkan anak bangsa lebih dipopulerkan lagi untuk membangun rasa percaya diri yang kuat pada generasi muda.
c)      Pengkajian tentang disiplin bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karna terkait persoalan individu, social bahkan nation. Kendatipun demikian, kesulitan dan berdisiplin sebenarnya bukan pada mengformulasikan batasannya melainkan pada penegakan dan implementasi dlaam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan berbangsa.
d)     Mental berani terbuka dan demokrasi menjsdi sesuatu yang masih mahal, kendati kita sebagai bangsa sudah berani menerapkan pola pemilihan presiden secara langsung. Pilpres menjadi pelajaran besar, bagi kita betapa keterbukaan dan demokrasi masih jauhbanggang dari api.
e)      Mentalitas mandiridan berdaya saing tinggi menyandarkan pada perilaku kerja keras.
f)       Upaya memperbesar kontribusi iptek dalam membangun bangsa tetap harus ditegakkan secara bertahap. Pada sisi lain ada tugas besar, yaitu mengkikis cara pandang yang masih banyak cenderung memercayai tahayul.
g)      Mentalitas menikmati hasil secara instal tampa perencanaan menjadi musuh besar, mentalitas demikian akan menadirkan fungsi perencanaan, pengabaian waktu, serta melajimkan kamuflase.
Kunci Pembuka
            Persoalan apa pun tentang mentalitas, sebenarnya merupakan wilayah karakter. Sebagian besar ahli meyakini karakter itusesuatu yang tidak gampang, bahkan tidak bias diajarkan kepa orang lainsecara individu, apalagi kolektif. Tapi karakter itu dapat dilakukan dengan cara mengembangkan dengan memanfaatkan kunci pembukunya, yakni intervensi, habituasi dan keteladanan.
            Dari ketiga alternative dan kombinasi kunci pembuka mentalitas tersebut, kunci mana memungkinkan untuk direvolusikan ? kunci intervensi tampaknya hanya dapat kita lakukan untuk membuka pintu generasi baru mendatang yang sekarang masih balita (pesimistis pada generasi sekarang sudah terbalut pada jati diri yang sudah permanen dan suka bermanuver demi kepentingan politik).
            Kunci habituasi memerlukan proses panjang pembudayaan kolektif sehingga tak bias revolusioner. Keteladanan sangat memungkinkan agar keteladanan yang sistemik dan mendasar mengingat secara signifikan. Artinya, kunci pembuka revolusi mental itu sebenarnya keteladanan. Kita sebagai warna Negara seperti tidak sabar menunggu.maunya akan cepat terjadi revolusi keteladanan itu.
            Kita menunggu dengan tidak sabar lagi, bagaimana presiden dan anggota cabinet kelak melakukan hal yang tidak mencederai kepercayaan rakyat. Para aparat penegak hukumpun jangan sampai melakukan pembusukan dalam menjalankan tugas. Semua pihak harus siap dan berani menjadi teladan bagi siapa pun karna kunci pembuka bagi revolusi mental itu ternyata keteladanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar