TAHUN
1980-an
perdana menteri singapura Lee Kuan Yew membuat pernyataan cukup heboh.
Menurutnya, bangsa asia sebenarnya kurang membutuhkan demokrasi tapi lebih
memerlukan disiplin. Menuai pro dan kontra tentu saja. Kebanyakan yang kontra
menganggap Lee member nilai rendah pada demokrasi. Benarkan demikian ..???
Seiring
dengan perkembangan masa, seikat dengan keberhasilan singapura menjadi bangsa
yang diperhitungkan dunia, kini banyak pemimpin nasional, terutama dibanyak
Negara sedang berkembang, mulai kembali meramu pentingnya formula pembangunan
aspek mentalitas berbangsa. Demokrasi sangat penting tapi harus dipersyarati
dasar-dasar mentalitas yang kuat, teruma disiplin. Disiplin adalah pilar besar
dari terwujudnya mentalitas berbangsa dan menjadi akar dari ketertiban social
yang mengondisikan keberhasilan proses pembangunan. Termasuk kedewasaan dan
keterbukaan dalam kehidupan berdemokrasi.
Membanngun
mentalitas selalu menjadi prioritas namun tiap bangsa didunia akan menghadapi
berupa pilihan sulit pintu-pintu masuk. Pintu itu bukan sekedar lubang dimana
kita bias leluasa memasuki atau sekedar melewatinya. Pintu itu berupa kondisi
riil bangsa terkait persoalan mentalitas kolektif.
Bangsa
Indonesia memiliki sisi pesimistik terkait persoalan mentalitas kolektifnya.
Setidaknya ini dapaat di pahami berdasarkan hasil riset dan pengamatan mendalam
koentjaraningrat (2000) bahwa dari sisi mentalitas manusia Indonesia masih
banyak memiliki sifat kurang menguntukan untuk kepentingan pembangunan. Sifat
kelemahan pembangunan tersebut bersumber pada kehidupan penuh keragu-raguan dan
kehidupan tampa pedoman serta tampa orentasi tegas. Itu meliputi sifat
mentalitas yang : meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri, tidak
disiplin, dan mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Untuk menghilangkan
cirri-ciri mentalitas yang kurang menguntungkan, setidak-tidaknya bangsa kita
perlu melakukan proses pembelajaran yang sistematik yang mengondisikan
terbentuknya mentalitas manusia Indonesia dalam 7 dimensi mentalitas.
a)
Harus ada pintu keluar untuk membuang mental meremehkan mutu
kemudian membuka pintu masuk bagi perilaku kolektif apresiasi terhadap
pentingnya mutu dan kualitas.
b)
Mentalitas inferior bangsa yang disadari langsung atau tidak
sebenarnya merupakan letupan dari rasa kurang percaya diriyang tertimbun dalam
proses panjang bermasyarakat dan
berbangsa. Sikap generasi muda yang tergila-gila pada produk asing harus
dikikis dengan cinta produk dalam negeri. Informamsi cerita sukses yang telah
ditorehkan anak bangsa lebih dipopulerkan lagi untuk membangun rasa percaya
diri yang kuat pada generasi muda.
c)
Pengkajian tentang disiplin bukan merupakan sesuatu yang
sederhana, karna terkait persoalan individu, social bahkan nation. Kendatipun
demikian, kesulitan dan berdisiplin sebenarnya bukan pada mengformulasikan
batasannya melainkan pada penegakan dan implementasi dlaam kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan berbangsa.
d)
Mental berani terbuka dan demokrasi menjsdi sesuatu yang
masih mahal, kendati kita sebagai bangsa sudah berani menerapkan pola pemilihan
presiden secara langsung. Pilpres menjadi pelajaran besar, bagi kita betapa
keterbukaan dan demokrasi masih jauhbanggang dari api.
e)
Mentalitas mandiridan berdaya saing tinggi menyandarkan pada
perilaku kerja keras.
f)
Upaya memperbesar kontribusi iptek dalam membangun bangsa
tetap harus ditegakkan secara bertahap. Pada sisi lain ada tugas besar, yaitu
mengkikis cara pandang yang masih banyak cenderung memercayai tahayul.
g)
Mentalitas menikmati hasil secara instal tampa perencanaan
menjadi musuh besar, mentalitas demikian akan menadirkan fungsi perencanaan,
pengabaian waktu, serta melajimkan kamuflase.
Kunci
Pembuka
Persoalan apa pun tentang
mentalitas, sebenarnya merupakan wilayah karakter. Sebagian besar ahli meyakini
karakter itusesuatu yang tidak gampang, bahkan tidak bias diajarkan kepa orang
lainsecara individu, apalagi kolektif. Tapi karakter itu dapat dilakukan dengan
cara mengembangkan dengan memanfaatkan kunci pembukunya, yakni intervensi,
habituasi dan keteladanan.
Dari
ketiga alternative dan kombinasi kunci pembuka mentalitas tersebut, kunci mana
memungkinkan untuk direvolusikan ? kunci intervensi tampaknya hanya dapat kita
lakukan untuk membuka pintu generasi baru mendatang yang sekarang masih balita
(pesimistis pada generasi sekarang sudah terbalut pada jati diri yang sudah
permanen dan suka bermanuver demi kepentingan politik).
Kunci
habituasi memerlukan proses panjang pembudayaan kolektif sehingga tak bias
revolusioner. Keteladanan sangat memungkinkan agar keteladanan yang sistemik
dan mendasar mengingat secara signifikan. Artinya, kunci pembuka revolusi
mental itu sebenarnya keteladanan. Kita sebagai warna Negara seperti tidak
sabar menunggu.maunya akan cepat terjadi revolusi keteladanan itu.
Kita
menunggu dengan tidak sabar lagi, bagaimana presiden dan anggota cabinet kelak
melakukan hal yang tidak mencederai kepercayaan rakyat. Para aparat penegak
hukumpun jangan sampai melakukan pembusukan dalam menjalankan tugas. Semua
pihak harus siap dan berani menjadi teladan bagi siapa pun karna kunci pembuka
bagi revolusi mental itu ternyata keteladanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar